Kemarin sewaktu sedang sibuk mengambil foto di dalam rumah untuk diupload ke dalam blog yang baru di buat oleh aku dan teman-teman serumah, sempat aku mengambil foto buku-buku yang tersusun cantik di atas almari di bahagian tengah rumah. Memang almari tersebut secara tidak langsung berfungsi sebagai divider ruangan utama. Semua buku-buku tersebut aku beli sejak tahun pertama menjejakkan kaki di bumi Makassar. Kalau mau dihitung mungkin nilainya sudah lebih dari 4 juta rupiah. Belum lagi majalah-majalah yang aku kumpulkan sejak dulu. Tarbawi, saksi, tarbiyah dan banyak lagi.

Sebelum mendirikan rumah tangga, memang hobi utamaku adalah membeli buku…ya…membeli buku. Mungkin ada sahabat-sahabat yang hobinya adalah membaca buku…bukan membeli buku. Tetapi sekarang memandangkan harga BBM naik, dan banyak uangku habis kugunakan membeli minyak pesawat untuk pulang, hobiku ini terpaksa ku pendamkan.

Ketika aku mengatakan bahwa hobiku adalah membeli buku, bukan bermakna aku langsung tidak membaca buku-buku tersebut. Biasanya aku membeli buku-buku tersebut jika aku anggap penting untuk dijadikan sebagai rujukan walaupun aku tidak terus membaca pada waktu dan ketika itu. Ada beberapa buku yang malah belum dibuka pembalut plastiknya.

Mungkin sudah waktunya aku berubah angin. Dari hobiku membeli buku kepada membaca buku-buku tersebut. Tadi sewaktu khutbah jumaat, khatib ada berpesan bertapa pentingnya untuk membaca. Ummat ini menjadi mundur kerana tidak membaca. Sering dibodohkan. Bukan kerana kita bodoh, tetapi kita sering membodohkan diri sendiri. Sewaktu di bangku sekolah dulu, guru-guru sering berpesan “jangan menjadi orang yang bodoh sombong”.

Ayat Al-Quran yang pertama diturunkan juga telah menginstruksikan kita supaya membaca. Namun pada zaman yang serba canggih ini, membaca tidak lagi menjadi budaya….katanya tidak ngetrend. Mendingan nonton filem, kumpul bareng, nongkrong, balap motor, ke mall, dan bla..bla..bla….

Nah, sekarang sudah waktunya umat ini bangkit. Kebangkitan islam mulai terasa di berbagai tempat. Di Palestina, di Mesir, Indonesia, bahkan di Malaysia. Ketika kita ingin menjadi sebahagian dari sejarah kebangkitan ini, maka sewajarnya kita mempersiapkan diri kita. Jangan sampai kita memperlambat atau malah menjadi beban kepada kebangkitan ini. Mulailah membaca pada saat ini..pada detik ini…..

Bangkit itu susah,

Susah apabila melihat orang lain susah,

Senang apabila melihat orang lain senang.

Bangkit itu mencuri,

Mencuri perhatian dunia dengan prestasi.

Bangkit itu marah,

Marah apabila martabat Islam dilecehkan,

Bangkit itu malu,

Malu jadi benalu,

Malu kalau minta melulu.

Bangkit itu takut,

Takut akan korupsi,

Takut kalau makan bukan haknya.

Bangkit itu aku,

Aku untuk agamaku.